Thursday, July 24, 2008

Something different

It's been six month for me to stay in Adelaide...many stories and experiences I have faced. Sekadar berbagi setelah experiences tersebut saya refleksikan dan ada beberapa hal yang membuat saya tertarik untuk menulisnya disini.



Independensi...mungkin itulah kata yang paling tepat untuk perbedaan yang pertama. Hampir setiap saat naik bus ato jalan ke shopping center saya melihat orang2 yang sudah senior (lanjut usia, red) juga sangat menikmati kehidupan. Walaupun saat berjalan harus dibantu dengan walker, scooter ato bahkan ada yang membawa tabung oksigen...mereka dengan bahagia melakukannya. Satu lagi pernah ada grandma yang tubuhnya udah tremor semua, kerutan banyak di wajahnya, tapi tetap pede untuk jalan sendiri. Saya coba bayangkan di Indonesia, kayaknya jarang banget ada lansia yang bepergian sendiri. Mungkin sih related dengan culture, tapi bagus juga sepertinya bila bisa diimplementasikan.

Selain lansia, disini orang2 yang disable juga bisa menikmati kehidupan...mereka bisa pergi naik bus dg menggunakan wheel chair (hampir setiap bus ada tempat khusus untuk yg menggunakan wheel chair) trus jalan2 di mall. Sesuatu yang kayaknya hampir mustahil dilihat di negeri kita.



Caring.... walaupun dibilang para bule individualistis, namun ternyata ngga juga... Waktu itu saya habis berjalan ke Cleland wildlife, saat turun dari bus sambil menggendong Danisha (anak ke2 saya) yang baru tidur, saya mencari tempat duduk di bus stop. Tiba-tiba ada seorang bapak yang melambai ke saya, "c'mon hurry up " katanya. Saya bingung kenapa emang, takutnya ada yang salah dengan saya. Ternyata di belakang bus yang saya naiki, ada bus dengan tujuan city yang akan saya naiki juga. Alhamdulillah...masih ada orang baik di dunia ini. Ternyata itu belum cukup, bapak tersebut langsung memberikan jalan buat saya untuk naik bus duluan, dimana banyak orang2 asia yang masih muda langsung masuk aja. Many thanks for you Sir..



Satu lagi, waktu itu saya naik bus pas mau pulang ke rumah. Di dalam bus ada dua teenagers yang bertanya ke sopirnya terkait suatu tempat. Si sopir menjawab I'm not so sure, tiba2 ada seorang ibu yang baru asik membaca buku langsung meresponsnya, "I'll go there, just stay with me".



Satu lagi, pas naek juga, ada seorang ibu berwajah asia yang berperawakan kecil...lebih kecil dari saya mau turun dan tangannya ga sampai untuk push button di bus, langsung ada seorang ibu yang memencetkannya. Alhamdulillah lagi....makin banyak orang baik di dunia ini.



Refleksi tersebut tentu membuat saya malu sendiri, sudahkah saya mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan ..padahal dalam QS Ar-Rahman berulangkali ada ayat yang artinya "dan nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?", dan juga di QS Ibrahim, yang menerangkan bila kita bersyukur niscaya Allah makin akan melimpahkan rahmatNya.

Ya Allah...jadikanlah hambaMu ini termasuk orang yang selalu bisa mensyukuri segala nikmat yang Engkau berikan dan bisa menggunakan nikmatMu untuk segala kebaikan. Amin

Tuesday, July 8, 2008

Systematic Reviews

Istilah systematic reviews (SR) ini pertama kali saya tahu saat saya diharuskan mengambil subject ini semester kemarin.... agak ketinggalan jaman kali ya, but no worries...kata Rick (dosen saya) SR ini juga baru saja dikembangin di Australia dan Inggris kok satu dekade terakhir.

SR ini merupakan suatu proses yang terstruktur dimana kegiatan yang tercakup didalamnya adalah membuat rangkuman, melakukan critical appraisal, dan mensintesa hasil penelitian primer /evidence yang ada (Cook, Mulrow & Haynes 1997; Jones & Evans 2000). Sebelum SR ini berkembang, narrative reviews (NR) sudah dilakukan terlebih dahulu. SR dan NR ini mempunyai keuntungan dan kelemahan masing2. Di tulisan ini, saya akan lebih berfokus pada SR, maybe next time NR nya.

Tahapan dari SR ini dimulai dari menyusun pertanyaan penelitian, mencari literatur/sources yang relevan dengan menggunakan kriteria inklusi. Langkah selanjutnya adalah melakukan critical appraisal, mengekstrasi dan mensintesa serta membuat rekomendasi.

SR ini memiliki beberapa kelebihan, namun juga mempunyai kekurangan. Kelebihan SR ini adalah:
  • hasil SR lebih convincing dan powerful, hal ini dikarenakan sejak dari awal proses SR mengikuti pre planned method dan juga lebih rigourous (Evans & Kowanko 2000)
  • SR dapat menjawab masalah klinik dengan lebih spesifik (Jones & Evans 2000)
  • Kesimpulan SR ini lebih akurat dan powerful karena data disintesa secara kuantitatif dan berdasarkan pada penelitian yang memiliki evidence level yang tinggi, eg RCT (Cook et al 1997)

Sedangkan kelemahan SR ini adalah tidak dapat menjelaskan proses dan manajemen dari sebuah masalah klinik, dimana hal ini dapat terjawab oleh NR.

Referensi:

Cook, DJ, Mulrow, CD & Haynes, RB 1997. ‘Systematic reviews; synthesis of best evidence for clinical practice’, Annals of Internal Medicine, vol 126, pp. 376-380.

Evans, D & Kowanko, I 2000, ‘Literature reviews: evolution of a research methodology’, Australian Journal of Advanced Nursing, vol 18, no. 2, pp. 31-36.

Jones, T & Evans, D 2000, ‘Conducting a systematic review’, Australian Critical Care, vol 13, no.2, pp 66-71

Monday, July 7, 2008

PBL dan Critical Thinking

Artikel ini saya dapatkan secara kebetulan, saat searching artikel untuk assignment saya yang kedua di Systematic & Critical Reviews of Research. Saya melihat..... menarik juga content dari artikel ini.

Judul dari artikel tersebut adalah "A systematic review of selected evidence on developing nursing students’ critical thinking through problem-based learning" (Yuan, William & Fan 2008). Artikel ini merupakan systematic reviews dari beberapa hasil research yang sudah dilakukan dengan topik implementasi PBL dan perkembangan kemampuan critical thinking pada nursing students. Hasil2 research tersebut disearch di CINAHL, Proquest, Pubmed, dan Cochrane Library.

Hasil review ini menyebutkan bahwa dari evidence yang ada tidak mendukung pernyataan bahwa PBL dapat meningkatkan kemampuan critical thinking. Sehingga reviewer menyarankan untuk melakukan penelitian/review lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan penelitian yang mempunyai high value.

Sumber:
Yuan, H, Williams, BA & Fan, L 2008, A systematic review of selected evidence on developing nursing students’ critical thinking through problem-based learning, Nurse Educ. Today.

Wednesday, July 2, 2008

Exam dan students' assessment

Dua minggu ini, selain masuk musim winter, di Adelaide Uni juga ada musim ujian. Semua orang jadi autis .... maksudnya suka menyendiri di kamar en ga mau terganggu dengan orang lain, udah gitu ada yang sampe kalo ketemu orang lain aja senyumnya pelit banget untuk dibagi.

Program yang saya ambil, Alhamdulillah semester ini ngga ada examnya, meaning saya hanya diharuskan untuk mengerjakan assignments. Jadi, kalo pas di rumah saya terlihat santai.... masak, teman2 pasti berkata "ohhhh...enaknya yang ngga ada ujian", trus dilanjutkan dengan "aku tuh ujian sampai sekian kali", dengan bangganya.

Saya sih santai aja dikomentarin begitu, namun lama2 jadi berpikir apakah exam memang harus ada? Bukannya dalam mendesain assessment untuk students, para dosen pasti sudah mempertimbangkan apa assessment yang tepat untuk mengetahui pencapaian kompetensi students nya.

Glenelg oh Glenelg

Sudah hampir tiga bulan keluarga (my hubby dan my two princess) menyusul ke Adelaide, namun saya belum sempet mengajak mereka jalan-jalan. Akhirnya pertengahan minggu kemarin, saat semua assignment sudah saya submit dan suami baru shut down tempat kerjanya, kami jalan ke pantai.

Berangkat dari rumah sekitar jam 9.30, kami naik bis ke city. Sekitar 15 menit kami sampai, dan kami pun turun dan menunggu tram dengan tujuan Glenelg. Alhamdulillah, tram yang ditunggu datang tak lama kemudian. Kami pun naik, Hani benar menikmati perjalanannya, melihat pemandangan di kanan kirinya. Sementara, Denis malah tertidur........mungkin antimo nya bereaksi.

Sekitar 20 menit kemudian, kami pun sampai ke pantai Glenelg...enak banget disini, pantai dengan tram stop nya cuman 100 an meter, jadi ga perlu capek2 jalan. Keluar dari tram, bruzzzzz........... angin dingin menghembus. Tapi semangat untuk jalan2 masih 100 persen.

Hani ternyata takut dengan suara deburan ombak, akhirnya Denis dan papinya yang berjalan di pasir di pinggir pantai, sementara saya dan Hani duduk di kursi. Tapi jalan dan duduknya sambil menahan dingin, he he winter kok jalan2 ke pantai.

Burung camar disini masih banyak, jadi kalo misalnya duduk trus makan....langsung deh dikerubutin sama burung2, ini juga yang membuat Hani dan Denis takut. Akhirnya kami pun memutuskan untuk pulang, karena anak2 sepertinya sudah tidak enjoy lagi. Anyway....next time we'll be there again

Tuesday, July 1, 2008

Learning style mahasiswa

Pernahkan anda memperhatikan respon mahasiswa saat mengikuti perkuliahan di dalam kelas? Ada yang tekun melihat slide yang sedang dijelaskan oleh sang dosen, ada yang terlihat mencatat namun tidak melihat ke slides, atau barang kali ada yang sibuk berbagi cerita dengan teman. Anda tidak perlu marah melihat hal ini, karena ternyata memang ada berbagai macam style mahasiswa dalam belajar.

Gaya belajar dapat dibagi menjadi tiga: auditori, visual dan kinestetik. Sekitar 30 % orang merupakan auditory learner.

Berikut adalah ciri auditory learner:

  • mengingat apa yang mereka dengar
  • berbicara saat menulis
  • lebih sering mengingat orang dengan nama bukan wajah
  • mengingat dengan mendengar terutama musik
  • terganggu dengan adanya suara berisik
  • permainan dan gambar dapat menganggu belajar

Visual learner, dapat didefinisikan belajar dengan melihat. Seorang visual learner mempunyai ciri sebagai berikut:

  • harus melihat ekspresi dan bahasa tubuh pengajar untuk dapat memahami materi pembelajaran
  • biasanya lebih memilih untuk duduk di depan, hal ini dilakukan agar terhindar dari gangguan visual, misal kepala orang lain
  • dapat belajar lebih baik melalui display visual, misalnya; grafik, gambar, diagram
  • saat kuliah atau diskusi, cenderung mencatat banyak hal agar dapat menyerap informasi

Sedangkan kinesthetic learner akan dapat menyerap ilmu lebih cepat melalui praktek langsung. Kinesthetic learner memiliki ciri sebagai berikut:

  • susah untuk duduk dalam jangka waktu lama
  • sering terganggu dengan keinginan untuk beraktifitas dan bereksplorasi

Berikut link untuk self-assessment gaya belajar: http/www.ldpride.net/learning-style-test.html